Senin, 18 April 2011

Hibiscus tiliaceus

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pohon waru atau Hibiscus tiliaceus termasuk tanaman tingkat tinggi yang dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, kita biasa menemuinya di pinggir jalan atau tumbuh liar di kebun dan lahan kosong namun seringkali kita tidak mempedulikannya karena pohon tersebut sudah terlalu biasa kita lihat, seakan-akan tidak berguna dan tidak bernilai ekonomis,seringkali kita juga berpikir bahwa pohon waru hanya berfungsi sebagai pohon peneduh saja. Tetapi dibalik itu, pohon waru memiliki berbagai manfaat dan khasiat yang luar biasa untuk menyembuhkan beberapa macam penyakit maupun untuk keperluan sebagai bahan bangunan, tak hanya itu saja, ada mitos juga dibalik pohon waru ini.
Tanaman yang sebenarnya serbaguna ini tidak memerlukan perawatan khusus. Untuk mendapatkan tanaman yang pertumbuhannya sehat dan bagus, media tanam atau lahan yang akan ditanami sebaiknya yang harus subur, gembur dan drainase diatur dengan baik. Dengan perawatan, penyiraman dan pemupukan yang teratur sesuai dengan kondisi dan kebutuhan tanaman pada setiap fase pertumbuhan, tanaman akan tumbuh dengan baik, sehat dan tidak mudah terserang penyakit.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana klasifikasi dari tanaman waru?
2.Bagaimana deskripsi dari tanaman waru?
3.Apa saja peranan dari tanaman waru bagi manusia?

C.Tujuan
1.Untuk mengetahui klasifikasi dari tanaman waru.
2.Untuk mengetahui deskripsi dari tanaman waru.
3.Mengetahui peranan dari tanaman waru.


BAB II
PEMBAHASAN
A.Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi    : Magnoliophyta
Kelas    : Magnoliopsida
Ordo    : Malvales
Famili    : Malvaceae
Genus    : Hibiscus
Spesies    : Hibiscus tiliaceus

B.Deskripsi
Hibiscus tiliaceus termasuk family Malvaceae. Tanaman ini sering ditanam di pekarangan-pekarangan rumah atau dipinggir-pinggir jalan sebagai tanaman peneduh. Banyak juga yang tumbuh secara liar diantara semak-semak belukar.
Waru termasuk tanaman pohon besar dan tinggi, ketinggiannya dapat mencapai 5 sampai 15 meter. Daunnya tunggal bertangkai helaian daun berbentuk jantung lingkaran lebar atau bulat telur, garis tengah sekitar 19 cm,bertulang daun menjari, sebagian dari tulang daun utama berkelenjar berbentuk celah pada permukaan daun bagian bawah pada pangkal, permukaan daun bagian bawah berambut abu-abu rapat. Daun penumpu berbentuk bulat telur memanjang, panjang 2,5 cm, meninggalkan bekas berbentuk cincin pada cabang.
    Bunganya berwarna kuning, bagian tengahnya berwarna merah coklat. Bunga berdiri sendiri atau 2 sampai 5 dalam tandan. Daun kelopak bunga tambahan lebih dari separuhnya melekat, dan bertaju 8 sampai 11. Kelopak bunga panjangnya 2,5 cm, beraturan, bercangap 5. Daun mahkota bunga berbentuk kipas, berkuku pendek dan lebar, panjang 5 sampai 7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada pangkalnya, kemudian warna berubah menjadi jingga dan akhirnya berubah warna menjadi kemerah-merahan. Tangkai sari bentuk tabung membungkus tangkai putik, bagian atas tangkai sari dan kepala sari bebas tumbuh ke samping berwarna kuning.
    Buahnya kotak, bentuk bulat telur, terbagi menjadi 5 ruang, tiap ruang dibagi lagi menjadi dua bagian oleh sekat semu; bakal biji pada setiap buah berjumlah banyak. Buah berbentuk telur, berparuh pendek, panjang 3cm,berruang 5 tidak sempurna, membuka dengan 5 katup.
    Waru banyak terdapat di Indonesia, di pantai yang tidak berawa, ditanah datar, dan di pegunungan hingga ketinggian 1700 meter di atas permukaan laut. Banyak ditanam di pinggir jalan dan di sudut pekarangan sebagai tanda batas pagar. Pada tanah yang baik, tumbuhan itu batangnya lurus dan daunnya kecil. Pada tanah yang kurang subur, batangnya bengkok dan daunnya lebih lebar.
Kemampuan bertahannya tinggi karena toleran terhadap kondisi masin dan kering, juga terhadap kondisi tergenang. Tumbuhan ini tumbuh baik di daerah panas dengan curah hujan 800 sampai 2.000 mm. Waru biasa ditemui di pesisir pantai yang berpasir, hutan bakau, dan juga di wilayah riparian.
Hibiscus tiliaceus tumbuh alami di pantai-pantai Asia Tenggara, Oceania dan Australia utara dan timur. Diintroduksi ke Australia barat daya, Afrika bagian selatan, serta Hawaii; di mana menjadi liar di sana.

C.Peranan
Hibiscus tiliaceus atau pohon waru mempunyai beberapa manfaat antara lain, Kayu terasnya agak ringan, cukup padat, berstruktur cukup halus, dan tak begitu keras; kelabu kebiruan, semu ungu atau coklat keunguan, atau kehijau-hijauan. Liat dan awet bertahan dalam tanah, kayu waru ini biasa digunakan sebagai bahan bangunan atau perahu, roda pedati, gagang perkakas, ukiran, serta kayu bakar. Dari kulit batangnya, setelah direndam dan dipukul-pukul, dapat diperoleh serat yang disebut lulup waru. Serat ini sangat baik untuk dijadikan tali. Ini adalah peranan pohon waru sebagai bahan bangunan dan bahan piranti bagi manusia.
Bunga waru dapat dijadikan jam biologi. Bunganya mekar di pagi hari dengan mahkota berwarna kuning. Di siang hari warnanya berubah jingga dan sore hari menjadi merah, sebelum akhirnya gugur. Ini adalah peranan pohon waru sebagai pertanda waktu alami.
Daunnya juga digunakan sebagai pembungkus ikan segar oleh pedagang di pasar dan pedagang ikan keliling.
Legenda masyarakat penghuni Pulau Jawa menyatakan, kuntilanak menyukai pohon waru yang tumbuh miring (waru doyong) sebagai tempat bersemayamnya.
Dalam pengobatan tradisional, akar waru digunakan sebagai pendingin bagi sakit demam, daun waru membantu pertumbuhan rambut, sebagai obat batuk, obat diare berdarah/berlendir, amandel. Bunga digunakan untuk obat trakhoma dan masuk angin. Kandungan kimia daun dan akar waru adalah saponin dan flavonoid. Disamping itu, daun waru juga paling sedikit mengandung lima senyawa fenol, sedang akar waru mengandung tanin.
Daunnya dapat dijadikan pakan ternak, atau yang muda, dapat pula dijadikan sayuran. Daun yang diremas dan dilayukan digunakan untuk mempercepat pematangan bisul. Daun muda yang diremas digunakan sebagai bahan penyubur rambut. Daun muda yang direbus dengan gula batu dimanfaatkan untuk melarutkan (mengencerkan) dahak pada sakit batuk yang agak berat. Kuncup daunnya digunakan untuk mengobati berak darah dan berlendir pada anak-anak.
Pohon waru dapat mengisolasi beberapa senyawa dari kulit batang waru, yaitu : skopoletin baru (hibiscusin), amida baru (hibiscusamide),  bersama 11 senyawa yang telah dikenall yaitu asam fanilat, P-hydroxybenzoic acid, syringic acid, P-hidroxybenzaldehyde, scopoletin, N-trans-feruloytyramine, N-cis-feruloytyramine, campuran beta-sitosterol dan stigmasterol, campuran sitostenone dan stigmasta-4,22-dien-3-one. Dari uji sitotoksik senyawa-senyawa tersebut, terdapat tiga senyawa yang mempunyai aktivitas antikanker sangat baik terhadap sel P-388 dan  atau sel HT-29 secara in vitro dengan nilai IC 50 < 4 < µg/ml. Ini adalah peranan pohon waru sebagai anti kanker.
Berikut juga akan dijelaskan bagaimana cara pemakaian dan pengolahan bagian-bagian dari pohon waru untuk dijadikan obat menurut Hembing Wijaya Kusuma,
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, gunakan daun segar sebanyak 50-100 g atau 15-30 g bunga. Rebus dan air rebusannya diminum.

Untuk pemakaian luar, giling daun waru segar secukupnya sampai halus. Turapkan ramuan ini pada kelainan kulit, seperti bisul atau gosokkan pada kulit kepala untuk mencegah kerontokan rambut dan sebagai penyubur rambut.
CONTOH PEMAKAIAN:
1.   TB Paru
1) Potong-potong 1 genggam daun waru segar, lalu cuci seperlunya. Tambahkan 3 gelas minum air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa sekitar 3/4-nya. Setelah dingin, saring dan tambahkan air gula ke dalam air saringannya, lalu minum, sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas minum.
2) Sediakan daun waru, pegagan (Centella asiatica L.), dan daun legundi (Vitex trifolia L.) (masing-masing 1/2 genggam), 1/2 jari bidara upas (Merremia mammosa Lour.), 1 jari rimpang kencur (Kaempferia galanga L.), dan 3 jari gula enau. Cuci semua bahan-bahan tersebut, lalu potong-potong seperlunya. Masukkan ke dalam periuk tanah atau panci email. Masukkan 3 gelas minum air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa 3/4nya. Setelah dingin, saring dan air saringannya siap untuk diminum, sehari 3 kali, masing-masing 3/4 gelas.
2.   Batuk
Cuci 10 lembar daun waru segar, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan 3 gelas minum air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa 3/4 bagian. Setelah dingin saring dan air saringannya diminum, sehari 3 kali, masing-masing 1/3 bagian. Sebelum diminum, tambahkan madu secukupnya.
3.   Batuk berdahak
Cuci 10 lembar daun waru yang masih muda sampai bersih, lalu tambahkan gula batu seukuran telur burung merpati. Tambahkan 3 gelas air bersih, lalu rebus sampai airnya tersisa 3/4 bagian. Setelah dingin, saring dan air saringannya diminum, sehari 3 kali minum, masing-masing 1/3 bagian.
4.Radang amandel
Cuci 1 genggam daun waru segar, lalu rebus dalam 2 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa 1 1/2 gelas. Setelah dingin, saring dan air saringannya digunakan untuk berkumur (gargle), terus diminum, sehari 3-4 kali, setiap kali cukup seteguk.
5.Radang usus
Makan daun waru muda yang masih kuncup sebagai lalap.
6.Berak darah dan lendir pada anak
Cuci 7 lembar daun waru muda (yang masih kuncup) sampai bersih. Tambahkan 1/2 cangkir air sambil diremas-remas sampai airnya mengental seperti selai. Tambahkan gula aren sebesar kacang tanah sambil diaduk sampai larut. Peras dan saring menggunakan sepotong kain halus. Minum air saringan sekaligus.
7.Muntah darah
Cuci 10 lembar daun waru segar sampai bersih, lalu giling halus. Tambahkan 1 cangkir air minum sambil diremas-remas. Selanjutnya, saring dan tambahkan air gula secukupnya ke dalam air saringannya, lalu minum sekaligus.
8.Rambut rontok
Cuci 301embar daun waru segar dan 20 daun randu segar ( Ceiba pentandra Gaertn.), lalu giling sampai halus. Tambahkan 2 sendok makan minyak jarak dan air perasan 1 buah jeruk nipis, sambil diaduk sampai rata. Saring ramuan tersebut menggunakan sepotong kain sambil diperas. Gunakan air perasannya untuk menggosok kulit kepala sambil dipijat ringan. Lakukan sore hari setelah mandi, lalu bungkus rambut dengan handuk atau sepotong kain. Selanjutnya, cuci rambut keesokan harinya. Lakukan 3 kali seminggu.
9.Penyubur rambut
Cuci 15 lembar daun waru muda, lalu remas-remas dalam 1 gelas air bersih sampai airnya seperti selai. Selanjutnya, peras dan saring menggunakan sepotong kain. Embunkan cairan yang terkumpul selama semalam. Keesokan paginya, gunakan cairan tersebut untuk membasahi rambut dan kulit kepala. Alhasil, kepala menjadi sejuk dan rambut akan tumbuh lebih subur.
Itu semua adalah peranan pohon waru sebagai obat atau khasiat pohon waru sebagai obat.
Betapa banyak kegunaan dari pohon waru bagi manusia jika ditelusuri secara lebih mendalam. Maka dari itu, selayaknyalah umat manusia memanfaatkan pohon waru (Hibiscus tiliaceus) secara bijaksana sehingga manusia memperoleh banyak manfaat dari pohon peneduh ini.

BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
1)Klasifikasi dari Hibiscus tiliaceus adalah sebagai berikut:
Kingdom    : Plantae
Divisi        : Magnoliophyta
Kelas        : Magnoliopsida
Ordo        : Malvales
Famili        : Malvaceae
Genus        : Hibiscus
Spesies    : Hibiscus tiliaceus
2)Deskripsi dari Hibiscus tiliaceus adalah sebagai berikut:
Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis tengah batang 40-50 cm; bercabang dan berwarna coklat.
Daun merupakan daun tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat telur, tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun menjari, sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk celah pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut abu-abu rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5 cm, meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin.
Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang kelopak 2.5 cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi kemerah-merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi dua oleh sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk telur berparuh pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak sempurna, membuka dengan 5 katup.
3)Hibiscus tiliaceus mempunyai peranan yaitu sebagai bahan bangunan, bahan piranti bagi manusia, sebagai jam biologi, sebagai bahan ramuan obat dan pohon waru mempunyai mitos tersendiri di masyarakat Pulau Jawa (waru doyong).

2.Saran
Dalam makalah ini, penulis menyarankan untuk memaksimalkan khasiat dari pohon waru atau Hibiscus tiliaceus bagi manusia dengan cara melakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap spesies ini karena spesies ini memiliki potensi yang besar dan positif  bagi manusia. Besar kemungkinan manfaat yang penulis paparkan tersebut masih terbatas.


Daftar Pustaka
Suryowinoto, Sutarni M.1997.Flora Eksotika,Tanaman Peneduh.Yogyakarta:Kanisius
http://CCRCFarmasiUGM.wordpress.com/2009/02/waru.html
http://pecintasejati.blogspot.com/2007/11/tumbuhan-berkhasiat.html
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/waru.html
http://ms.wikipedia.org/wiki/Waru.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar